Al-Ustadz Abu Humayd Fauzi Bin Isnain Hafidzahullah
Dalam salah satu ayat di surah Al Baqarah disebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah saat di mana Al Quran diturunkan. Turun dari Al Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia ini. Sebuah Kitab yang Agung yang menjadi pedoman hidup manusia. Sekaligus terkandung bukti-bukti tak terbantahkan yang menjelaskan kebenarannya. Kitab yang juga merupakan ‘furqan’. Pembeda. Antara kebenaran dan kebatilan. Kebajikan dan keburukan. Adil dan zalim. Jalan menuju taman – taman surga dan menjerumuskan ke dalam api neraka. (2:185).
Al Quran itu kemudian diwahyukan dalam jangka waktu lebih dari dua puluh tahun kepada Sang Nabi ﷺ. Agar dibaca olehnya secara perlahan namun penuh arti. (17 : 106). Agar kalbu-kalbu manusia kembali hidup di atas kebenaran yang terbukti. Agar rahmat Alah nan luas meliputi. Agar mereka selamat dari gelap gulita menuju cahaya ilahi.
Itulah Kalamullah, yang bila dibaca, akan menentramkan jiwa, melapangkan sanubari. Dan kaum muslimin begitu bersemangat untuk membacanya berulang ulang di setiap hari. Dan begitulah seharusnya hidup ini kita lalui. Terutama di bulan Ramadhan nan suci. Yang waktu-waktunya selalu Allah berkahi.
Saudaraku fillah, Nabi menjelaskan sekian banyak fadilah, kedudukan yang tinggi dan kemuliaan bagi ‘ahlul quran’. Satu di antaranya, belau pernah ungkapkan di hadapan para shahabat,” Sesungguhnya Allah memiliki ‘keluarga’ dari kalangan manusia?”
“Siapakah mereka wahai Rasulullah”, tanya mereka.
“Ahlul Quran, merekalah keluarga Allah, orang-orang yang spesial di sisi Allah.” (HR. An-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad)
Subhanallah. Tidakkah engkau cemburu dengan waktu-waktu yang terbuang sia-sia. Kenapa engkau malas untuk membaca kalam-Nya. Benarkah dirimu cinta? Sementara nasihat-Nya yang penuh hikmah, bimbingan hidup yang penuh kemuliaan, obat yang menyembuhkan tak bisa menghias lisan. Bahkan hati pun hampa darinya?
Sekiranya kita sadar, tentulah sabda Nabi ﷺ ini cukup untuk melecut semangat, agar kita masuk dalam dalam daftar keluarga-Nya dan menjadi orang yang memiliki kemuliaan dan martabat yang tinggi di sisi-Nya.
Belajarlah. Pelajarilah Al Quran. Perdalamlah keilmuaanmu akan tafsir Al Quran. Ajarkanlah Al Quran kepada istrimu atau suammu. Saudara, handai tolan, dan tentu anak-anakmu. Begitupun anak-anak kaum muslimin. Karena – kata Nabi – sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan yang mengajarkannya. (HR At Tirmidzi dan Ahmad).
Membaca Al Quran bukanlah aktivitas yang biasa-biasa. Bahkan sekedar membaca, belum tahu artinya pun akan menghasilkan pahala yang luar biasa. Satu huruf yang engkau baca akan berbuah satu kebaikan. Dan kebaikan itu lalu dilipatkan menjadi sepuluh kalinya. Jika engkau membaca surah Al Ikhlas, misalnya. Pernah kah kalian menghitung jumlah hurufnya? Jika yang Rasul ﷺ maksudkan adalah jumlah huruf yang tertulis, maka ada 66 huruf. Jika engkau baca dengan keikhlashan, dalam waktu kurang dari 20 detik, engkau telah mendapatkan 660 kebaikan. Kebaikan dari Allah Yang Maha Kaya. Maha Pemurah.
Untuk mendapatkan pahala Al Quran dan menjadi Ahlul Quran tidaklah disyaratkan harus mahir terlebuh dahulu. Na’am, kemahiran membaca Al Quran itu adalah sebuah keuatamaan tersendiri. Malaikat yang mulia, safarah kiraam bararah akan bersama orang-orang yang mahir membaca Al Quran. Namun orang yang belum mahir pun tidak akan terluput dari kebaikan jika dia mau membaca. Bahkan Rasul menjanjikan, pahalanya akan dilipatkan dua kali dibandingkan orang yang sudah pintar membacanya. (HR Al Bukhai Muslim). (Ibham Abhum-Mughirah)