Ibnu Saba’ adalah seorang yahudi yang sangat busuk dan licik, dia tampakkan keislamannya di zaman Utsman bin ‘Affan t dan menampakkan kesalehan di masa Ali bin Abi Thalib t. Dibalik topeng kemunafikannya inilah ia hembuskan api fitnah yang demikian besar di tengah umat hingga berkobar fitnah demi fitnah.
Peran Ibnu Saba’ sangat besar dalam fitnah pembunuhan Khalifah Utsman bin ‘Affan t[1] demikian pula fitnah-fitnah berikutnya di masa khilafah ‘Ali bin Abi thalib t. Dia pula sesungguhnya yang memegang peran penting munculnya rafidhah (syi’ah) sebagai agama baru yang sangat erat pertaliannya dengan ajaran-ajaran kafir yahudi.
Antara Abdullah bin Saba’ dan Rafidhah (Syi’ah)
Sebagaimana telah disinggung bahwasannya rafidhah(syi’ah) adalah agama baru berakar dari agama Yahudi yang dibawa dan ditumbuhkembangkan Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi. Sisi kesamaan antara agama syi’ah rafidhah dengan Yahudi banyak kita jumpai, semua itu menunjukkan keterkaitan yang sangat erat antara yahudi dan rafidhah.[2]
Berikut ini kita nukilkan beberapa sisi kesamaan antara rafidhah dan pemikiran Ibnu Saba’ Al-Yahudi.
(1) Dia adalah orang pertama yang menyebarkan keyakinan ke-rububiyah-an dan ke-uluhiyah-an Ali bin Abi Thalib t. Ali adalah ilah (sesembahan) dan Rabb (pengatur alam semesta). Keyakinan Ibnu Saba’ ini ada pada rafidhah.
Referensi Syi’ah sendiri yang menyebutkan bahwa Ibnu Saba’ menyebarkan keyakinan kufur tersebut. Lihat sebagai bukti pada kitab rujukan mereka: Pertama: Rijal Al-Kisysyi hal 98 cetakan Karbala, dan Kedua:Tanqihul Maqol Fi Ahwali Ar-Rijal (2/183-184) cetakan Najef 1350 H. (Dari risalah Ibnu Saba’ Haqiqoh La Khoyal karya Dr. Sa’di Al-Hasyimi.)
(2) Ibnu Saba’ adalah orang pertama yang memunculkan akidah wasiat, yaitu keyakinan bahwa Rasulullah r telah mewasiatkan kepada Ali t untuk menjadi khalifah sepeninggal beliau. Keyakinan wasiat Ibnu Saba’ ini ada pada Rafidhah, bahkan merupakan bagian penting dari aqidah rafidhah.[3]Bukankah hal ini menunjukkan keterkaitan yang erat antara agama rafidhah dengan Ibnu Saba? Keyakinanwasiat Ibnu Saba’ adalah hasil pemikiran yahudinya sebelum ia menyusup di tengah-tengah muslimin.
Buku-buku rujukan syi’ah sendiri yang menetapkan bahwa keyakinan wasiat berasal dari Abdullah bin Saba’. Al-Mamaqoni dalam bukunya Tanqih Al-Maqal(2/184) menukil ucapan Muhammad bin ‘Umar Al-Kisysyi –salah seorang tokoh rafidhah – dia berkata:“Ahlul ilmu menyatakan bahwa Abdullah bin Saba’ dahulu seorang Yahudi lalu masuk islam dan berwala’ kepada ‘Ali t, di masa yahudinya dia mengatakan bahwa Yusya’ bin Nun adalah orang yang mendapat wasiat dari Musa, dimasa islamnya dia juga katakan hal semisal (yakni wasiat-pen) terhadap ‘Ali.” [4]
(3) Ibnu Saba’ adalah orang pertama yang menyebarkan keyakinan Raj’ah, yaitu keyakinan bahwasannya ‘Ali hidup kembali di dunia sesudah wafatnya.
(4) Ibnu Saba’ adalah orang pertama yang menyebarkan kebencian kepada Abu Bakr Ash-Shiddiq t dan ‘Umar bin Al-Khaththab t. Dan keyakinan ini bagian terpenting dalam aqidah rafidhah.
Abu Ishaq Al-Fazari menyebutkan riwayat dengan sanadnya kepada Suwaid bin Ghaflah, bahwasannya dia mengunjungi ‘Ali t di masa kekhilafahannya. Berkata Suwaid: “Sungguh aku melewati suatu kaum yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, mereka juga menyatakan bahwa engkau menyembunyikan pula celaan pada keduanya (yakni Abu Bakr dan ‘Umar), di antara kaum itu adalah Abdullah bin Saba’ –dan dia adalah orang pertama yang menampakkan keyakinan ini- Maka berkatalah Ali: Apa urusanku dengan si hitam yang busuk ini (yakni Ibnu Saba’), Aku berlindung kepada Allah dari memendam dalam hati sesuatu pada keduanya melainkan kebaikan. Kemudian ‘Ali t membuang Ibnu Saba’ ke Madain … (Ibnu Hajar membawakan riwayat kisah ini dalam Lisanul Mizan(3/290) dengan sanad yang sahih.)
Demikian di antara pemikiran-pemikiran ibnu Saba’ yahudi yang dihembuskan di tengah kaum muslimin untuk merusak aqidah. Pemikiran tersebut benar-benar serupa dan sama dengan akidah yang ada pada rafidhah (syi’ah) yang memang ditumbuhkan oleh Ibnu Saba’ Al-Yahudi.[5]
Untuk menyembunyikan cela ini, rafidhah berjalan bersama orientalis dalam usahanya menghilangkan jejak Ibnu Saba’ untuk kepentingan mereka. Namun usaha rafidhah itu adalah usaha yang sia-sia. Karena keberadaan Ibnu Saba’ merupakan kesepakatan (ijma’) Ahli Hadits, ahlussunnah wal- jama’ah demikian pula kesepakatan ahli tarikh, Bahkan kitab-kitab rujukan rafidhah sendiri menetapkan keberadaan Ibnu Saba’ sebagaimana telah lalu penyebutannya.
Apakah masuk akal, jika mereka mengingkari kitab-kitab yang mereka sucikan dan agungkan? Mustahil tentunya, kecuali jika mereka telah dungu atau kehilangan akal, atau telah berubah menjadi kera sebagaimana nenek moyang mereka. Dan ini kenyataannya !!!
Sepenggal Kisah Ibnu Saba’ di Masa ‘Ali Bin Abi Thalib t
Ibnu ‘Asakir rahimahullah dalam Tarikh Dimasyqmeriwayatkan dari Ash-Shadiq[6] dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma: Ketika ‘Ali dibaiat (sebagai khalifah) beliau berkhutbah di hadapan manusia. Berdirilah Abdullah bin Saba’ mengatakan pada Ali t: Engkau adalah “Makhluk bumi” (yang Allah janjikan)[7]. Ali t marah seraya berkata: “Takutlah engkau kepada Allah!”. Ibnu Saba’ menimpali: Engkau Malaikat. Ali berkata: “Takutlah engkau kepada Allah!” Ibnu Saba’ kembali berkata: “Engkaulah yang menciptakan makhluk dan meluaskan rizki!. Seketika itu Ali memerintahkan untuk membunuh Ibnu Saba’, tetapi berkerumunlah orang-orang rafidhah (melindungi Ibnu Saba’), mereka berkata: Tinggalkan dia, buang saja ke Madain karena jikalau engkau membunuhnya di kota ini (Kufah) sahabat-sahabatnya akan memerangi kami!” (demikian kata mereka) Maka dibuanglah Ibnu Saba’.[8]
Pembaca rahimakumullah, nukilan-nukilan dari kitab-kitab Ahlus sunnah telah menetapkan keberadaan Ibnu Saba’ sebagai satu kesepakatan. Seandainya Rafidhahmengingkari keberadaan sosok ini dari riwayat-riwayat kitab-kitab ahlussunnah, maka cukuplah referensi mereka -yang mereka sucikan- dan riwayat dari imam-imam mereka -yang diyakini kemaksumannya- sebagai bukti keberadaan Ibnu Saba’ sekaligus bukti akan kedustaan, kedunguan dan kebodohan orang-orangrafidhah dalam memutarbalikkan fakta. Allahu A’lam.(Abu Isma’il, Majallah Asy-Syariah)
[1] Peran besarnya dalam menyalakan fitnah pembunuhan khalifah Utsman t dapat dilihat kembali pada kajut: Tertumpahnya Darah Khalifah ‘Utsman Bin ‘Affan t
[2] Lihat: Fitnah Maqtal ‘Ustman (1/143-144), Dr. Muhammad Abdullah Ghobban.
[3] Atas dasar keyakinan wasiat yang sesat inilah mereka –syi’ah rafidhah- mencela bahkan mengkafirkan Abu Bakr, Umar dan Utsman,radhiyallahu’anhum karena dianggap bahwa mereka telah menghianati wasiat Rasulullah r. Subhanallah, betapa busuknya rafidhah mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu’anhum betapa lancangnya mereka keluarkan sahabat yang mulia dari islam padahal Allah telah menjamin mereka sebagai penghuni jannah.
[4] Dinukil dari ta’liq Muhibudin Al-Khathib atas kitabAl-Muntaqa Min Minhajil I’tidal hal: 318
[5] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahmenyebutkan banyak sisi-sisi persamaan syi’ah rafidhah dalam kitabnya Minhajus Sunnah, menukil ucapan ‘Amir bin Syarahil As-Sya’bi rahimahullah.
[6] Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq, lahir dan wafat di Madinah (83-148 H) Tabi’in dari Ahli Bait Rasululah r. Diyakini agama Syi’ah Rafidhahsebagai Imam Maksum keenam.
[7] Yaitu makhluk bumi yang tersebut dalam firman Allah:
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الأرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لا يُوقِنُون
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” An-Naml:82َ
[8] Lihat Tahdzib Tarikh Dimasyq (7/430) Ibnu Badran.